Interaksi
Keterampilan berkomunikasi merupakan suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap individu. Melalui komunikasi individu akan merasakan kepuasan, kesenangan atau pengetahuan (informasi) yang akan menunjang terhadap perkembangan individu selanjutnya. Dengan pengetahuan atau informasi tersebut maka individu akan memahami dunia, jadi informasi merupakan jendela untuk seseorang dapat berkembang. Kemampuan berkomunikasi pada umumnya berkembang secara otomatis apabila manusia tersebut berada pada komunitasnya.
Sejak manusia dilahirkan, , manusia sudah dibekali dengan signal-signal komunikatif dan signal –signal tersebut sifatnya masih pre-lingual (belum berupa bahasa) karena pada periode ini individu belum bergaul erat dengan individu lainnya kecuali bergaul dengan orang tuanya terutama dengan ibunya. Pergaulan antara ibu dan anak pada masa itu sudah terjadi interaksi. Dalam proses interaksi ibunya memahami signal-signal komunikatif yang ditampakkan anaknya dan setiap signal kadang-kadang memiliki makna yang dirasakan oleh bayi yang ingin disampaikan kepada orang terdekatnya yaitu ibunya, mis : nangis apabila merasakan lapar, sakit, ngompol dsb, tertawa menunjukkan puas , menatap, mengerakkan kaki tangan apabila merasa senang, dan signal-signal tersebut direspon oleh ibunya, misalnya diganti popoknya, diberi susu atau digendong, itu semua merupakan interaksi awal yang didasari oleh signal-signal positif yang dimunculkan oleh bayi.
B. INTERAKSI SOSIAL
Setelah usia bayi kurang lebih usia 2-3 th, anak mulai bergerak tidak hanya berada pada gendongan ibunya tapi anak mulai bereksplorasi memahami lingkungan terdekatnya yaitu sekeliling rumahnya. Anak mulai bertemu individu lain selain ibunya , setelah melakukan interaksi sosial anak mulai mendengar bahasa yang punya makna yang dipergunakan oleh orang dewasa ataupun anak lainnya. Mulai dari sini anak mulai memperoleh bahasa yang sederhana. Mulai tahu makna kata tidak, iya, makan, minum atau anak sudah mampu mengekspresikan keinginannya secara sederhana , anak mulai merespon tidak lagi melalui tanda-tanda , tapi anak mulai merespon melalui bahasa terhadap stimulus yang datang dari lingkungan. Anak mulai meniru ungkapan-ungkapan orang dewasa untuk mengekspresikan sesuatu melalui bahasa.
Pergaulan anak makin meluas keluar dari rumah dan bertemu dengan teman-temannya yang sebaya . Melalui interaksi sosial perkembangan bahasa anak mulai berkembang kearah yang lebih kompleks sesuai dengan perkembangan usia dan perkembangan bahasanya. Efek dari interaksi sosial ini perolehan bahasa makin kompleks , sehingga anak mulai terampil menggunakan bahasa dengan kemampuanya mengekspresikan apa yang ada dalam hatinya secara lisan dan dapat dipahami oleh orang lain. Dalam masyarakat, perkembangan anak ditunjang tidak hanya dari lingkungan rumah akan tetapi anak diberi kesempatan untuk mendapatkan pembelajaran yang lebih sistimatis dan terarah melalui jenjang persekolahan dan mengembangkan pergaulannya yang lebih luas di masarakat .
C.KOMUNIKASI
Pada masa-masa ini kemampuan individu dalam berkomunikasi makin terampil dan kompleks karena stimulus atau dorongan kearah pengungkapan secara verbal sangat dibutuhkan untuk berinteraksi sosial. Sudah tentu seseorang dapat terampil berkomunikasi tercakup komponen-komponen yang harus dalam keadaan siap pada individu itu sendiri yaitu berkaitan dengan keadaan organ bicara yang memadai dan fungsional agar apa yang diungkapkannya dapat jelas didengar sesuai dengan dasar-dasar pengucapan bunyinya.
Agar bicaranya memiliki makna, individu tersebut harus memiliki bahasa yang telah disepakati oleh lingkungannya, yaitu berupa ide , gagasan, atau pesan-pesan yang sesuai dengan maksud yang ingin diungkapkan dan respon verbal sesuai yang dibutuhkan oleh orang lain.
Penjelasan diatas apabila digambarkan seperti dibawah ini :
Gambar 1.1. Hubungan Interaksi-Interaksi Sosial-Komunikasi
Dalam kotak A.(interaksi awal), digambarkan terjadi interaksi antara ibu dan bayi interaksi yang terjadi melalui signal-signal komunikatif (pre-lingual) seperti senyuman, ekspresi wajah, kedipan mata, menangis, gerak tubuh.dan signal-signal tersebut direspon oleh ibu atau oleh orang dewasa yang hubungannya sangat dekat yang merawat) dengan bayi . Respon—respon yang dilakukan oleh orang dewasa terjadi sesuai dengan signal-signal yang ditampakkan oleh bayi. Dan signal-signal tersebut sebagai dasar untuk membangun komunikasi.
Pada kotak B (interaksi sosial) digambarkan pemberian kesempatan anak untuk berkembangnya kemampuan berkomunikasi tidak hanya dari lingkungan keluarga, akan tetapi dengan pergaulan yang lebih luas di sekolah anak mendapatkan pembelajaran yang lebih terarah dan sistimatis . Pada masa-masa ini perolehan bahasa anak mulai berkembang dari mulai yang sangat sederhana ke perolehan bahasa yang lebih kompleks, sesuai dengan perkembangan usia dan perkembangan bahasa anak sesuai dengan jenjang persekolahannya.
Pada kotak C , Perwujudan dari komunikasi pada interaksi awal yang sifatnya prelingual, berkembang melalui pergaulan (berinteraksi dengan individu lain sehingga terjadi pembelajaran) maka keterampilan berkomunikasi mulai berkembang kearah yang lebih kompleks dengan bahasa sebagai medianya. Dan pada kotak terakhir ini individu berkembang terus , dan berbaur dengan masyarakat luas, melalui keterampilan berkomunikasi individu akan saling memahami ( mengemukan ide, pendapat , keinginan, perasaan dan sebagainya ) dan bahasa sebagai medianya.
Seseorang untuk terampil dalam berkomunikasi , diperlukan kesiapan-kesiapan tertentu dalam aspek keterampilan bicara dan bahasa. Seseorang terampil berbicara harus memiliki kematangan dan kesiapan-kesiapan dari organ artikulasi, yang diperlukan untuk mampu mengucapkan bunyi-bunyi bahasa. Begitupun dalam penguasaan bahasa, seseorang harus mampu menyampaikan pesan kepada orang lain, dimana pesan tersebut harus bermakna sehingga dapat dipahami. Dan pesan yang disampaikan harus sesuai dengan konteks pembicaraan.
Pada kenyataannya, dalam kehidupan ini sebagian anak mengalami hambatan atau gangguan dalam memiliki kemampuan berkomunikasi, mereka perkembangannya tidak sesuai atau terlambat perkembangannya dari anak-anak sebayanya.
Anak ini terlahir dengan tidak menampakkan adanya signal-signal komunikatif pada masa interaksi awal sehingga ibunya tidak menyadari bahwa anaknya tidak peka terhadap stimulus dari lingkungannya terutama dari orang terdekatnya. Sehingga pada saat anak itu bergaul dengan temannya selain dari ibunya, tampak anak tidak mampu untuk memproses stimulus, anak ini tidak mampu melakukan interaksi dengan individu lainnya apalagi melakukan komunikasi , anak ini tidak mampu memahami makna komunikasi itu sendiri.
Selain dari pada itu, ada sebagian anak yang walaupun memiliki signal komunikatif pada masa interaksi, anak tidak cukup menerima stimulus atau respon yang memadai sehingga perkembangannya menjadi tidak optimal, ditambah kegagalan dalam melakukan interaksi sosial. Maka diduga serius anak ini akan mengalami keterlambatan dalam memiliki keterampilan berkomunikasi.
Anak yang mengalami kecacatan misalnya mengalami ketunanetraan, ketunarunguan, tuna grahita , cacat phisik dan sebagainya, memiliki dampak terhadap ketrampilan berinteraksi dan berkomunikasi. Akan tetapi bagi mereka kemampuan berinteraksi dan berkomunikasinya berbeda dengan ke dua contoh yang dipaparkan sebelumnya. Karena gangguan yang dialami oleh mereka adalah sebagai dampak dari kecacatannya.
Mungkin saja penderita cacat tersebut , dari sejak bayi kurang mendapatkan stimulasi yang memadai atau memang mereka sejak bayi tidak memiliki signal-signal komunikatif yang disebabkan faktor lain misalnya terganggunya sistim persyarafan pusat yang minimal di otak. Berat ringannya gangguan komunikasi yang dialami oleh anak sangat bervariasi bergantung dari berat ringannya hambatan yang dialami oleh individu itu sendiri. Oleh karena itu rentang gangguan komunikasi mulai dari yang sangat ringan sampai ke yang sangat berat.
.D. Bagaimana implikasinya terhadap pendidikan ?
Biasanya anak yang memiliki gangguan komunikasi tidak hanya berada pada sekolah khusus , akan tetapi masih banyak mereka berada diluar pendidikan khusus, dan mereka belum mendapatkan layanan yang khusus pula.
Asesmen yang memadai perlu untuk memberikan layanan pengembangan kepada anak mengapa sampai anak mengalami gangguan komunikasi , strategi intervensi seperti apa yang dibutuhkan anak. Dalam kerja asesmen, tidak ditekankan apa yang menjadi penyebab gangguan , yang terpenting melihat gejala yang nampak maka dengan segera anak mendapatkan layanan pengembangan. Dan secara otomatis akan tampak atau akan ditemukan apa yang dapat diberikan dan mulai dari mana pengembangan dimulai dan ini dapat dilakukan melalui penelusuran proses asesmen .
Oleh karena itu anda dapat memahami lebih mendalam tentang persoalan ini secara mendalam dalam bab selanjutnya.
Pada buku ini dibahas bahwa tidak semua anak dalam perkembangan keterampilan interaksinya berkembang secara mulus. Kemampuan berinteraksi dapat mendasari terhadap pengembangan kemampuan berkomunikasi. Perkembangan interaksi yang tidak mulus akan menghambat terhadap perkembangan berkomunikasi. Melalui komunikasi seseorang akan memperoleh berbagai informasi yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhannya. Oleh karena itu harus dipahami bagaimana kesiapan anak dalam melakukan interaksi, dan bagaimana membangun agar anak terampil dalam melakukan interaksi. Oleh karena itu pada buku ini dibahas pula permasalahan-permasalahan yang dimiliki anak dalam melakukan interaksi seperti yang dialami oleh anak berkebutuhan khusus seperti yang dialami oleh anak autis atau anak berkebutuhan khusus lainnya. Dibahas pula beberapa strategi yang dapat membantu anak dengan permasalahan interaksi dan strategi pengembangannya melalui lingkungan, stimulasi dan dengan menggunakan alat atau media atau penciptaan lingkungan yang mampu memfasilitasi prilaku interaksi. Setelah anak mampu dan memiliki kepercayaan diri untuk melakukan interaksi, maka otomatis anak secara bertahap berkembang kearah kemampuan berkomunikasi .
Minggu, 19 Juli 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar