Senin, 16 November 2009

dampak ketunarunguan

Dampak kehilangan pendengaran

Pendengaran merupakan sensori terpenting untuk perkembangan bicara dan bahasa, berkomunikasi dan belajar.

Kehilangan pendengaran terjadi sejak lahir, dampaknya lebih serius terhadap perkembangan anak.

Kapan ketunarunguan mulai diketahui dan intervensi yang diberikan terlambat memiliki dampak yang serius terhadap perkembangan anak.



Dampak kehilangan pendengaran terhadap perkempangan anak dapat dikatagorikan Sbb :

1. Terlambatnya perkembangan
Ketrampilan komunikasi ( bicara dan bahasa) secara receptif maupun ekspresif.

2. Keterbatasan bahasa menyebabkan masalah dalam belajar sehingga rendahnya prestasi belajar.

3. Kesulitan berkomunikasi cenderung
mengarah kepada terisolasi dan
rendahnya konsep diri.

“bagaimana gambaran kita pada diri kita sendiri.”

gambaran diri mencakup diri psikologis, diri fisik, diri spiritual, diri sosial, dan diri intelektual.
Dengan demikian, konsep diri merupakan persepsi kita pada bagian-bagian tadi untuk dipadukan dan membentuk keseluruhan gambaran.

4. Mungkin berdampak terhadap kesempatan
peluang kerja.









Dampak khusus :

1. Terhadap keterbatasan kosa kata
2. Perolehan kosa kata berkembang
sangat lambat.
3. Sulit memahami kata-kata yang abstrak
seperti sebelum, sesudah, sama dengan, cemburu dsb. Juga kesulitan dengan fungsi kata seperti sesuatu , mereka, sebuah dsb.
Kesenjangan kosakata antara anak mendengar dan mereka yang kehilangan pendengaran menjadi melebar sesuai perkembangan usia.
Anak dengan kehilangan pendengaran tidak bisa menangkap bunyi tanpa intervensi.

Kesulitan untuk memahami kata yang memiliki arti ganda. Contohnya, kata rumah sakit dapat berarti rumah dan sakit .

Struktur kalaimat
Anak dengan kehilangan pendengeran memahami dan menghasilkan kalimat yang lebih pendek dan sederhana .
Kesulitan dalam memahami tulisan yang kalimatnya kompleks, seperti “guru yang mengajar matematika hari ini sakit.” atau kalimat pasif “bola itu dilemparkan oleh Mary.”


Tidak dapat mendengar kata-kata akhiran seperti an atau i , Ini mengarah pada ketidakpahaman dan kesalah pahaman pada kalimat ,kata kerja, jamak, dan dan kepunyaan.

Bicara

Anak dengan kehilangan pendengaran sering tidak bisa mendengar bunyi seperti “w”, "f," dan v, x dan oleh karena itu agak dihindari masukan bunyi-bunyi tersebut dalam bahasa mereka.

Tidak dapat mendengar suara mereka sendiri ketika berbicara.
Mampu berbicara keras atau tidak terlalu keras.
Kadang Mereka biasanya bergumam , tidak memiliki intonasi.


Prestasi akademik

Anak dengan kehilangan pendengaran memiliki kesulitan dengan semua prestasi akademik, khususnya konsep matematika.

Anak dengan kehilangan pendengaran ringan, rata-ratanya mencapai satu sampai empat tahun lebih rendah dari anak sebaya mereka yang mendengar, kecuali manajemen yang sesuai kebutuhannya sesegera mungkin diberikan.


Anak dengan kehilangan pendengaran yang berat biasanya hanya dapat mencapai kelas yang lebih rendah dari kelas tiga atau empat, kecuali pendidikan intervensi yang tepat terlaksana sejak dini.

Kesenjangan dalam prestasi akademik diantara anak pada umumnya dan anak dengan kehilangan pendengaran biasanya melebar seiring dengan perkembangan sekolah mereka.

Level prestasi berkaitan dengan keterlibatan orang tua dan kuantitas, kualitas, dan tepatnya layanan yang diterima oleh anak.





Fungsi sosial

Anak dengan kehilangan pendengaran berat, perasaan yang tersampaikan sering merasa terisolasi, tanpa teman, tidak senang di sekolah, khususnya ketika bersosialisasi dengan anak lain yang mendengar sangat terbatas.

Masalah sosial ini muncul lebih sering pada anak dengan kehilangan pendengaran ringan dari pada anak dengan kehilangan pendengaran berat.




Yang dapat dilakukan
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa anak-anak diidentifikasi dengan gangguan pendengaran yang layanannya sejak dini mungkin dapat mengembangkan bahasa (lisan dan / atau isyarat) sejajar dengan anak sebaya yang mendengar.

Jika sudah terdeteksi anak mengalami gangguan pendengaran , keluarga sebagai pusat intervensi dini, sebagai lingkungan awal dalam memunculkan kepemilikan bahasa pada anak ( mau oral atau isyarat bergantung kepada pilihan keluarga)dan mengembangkan kemampuan kognitifnya.

Seorang audiolog, sebagai bagian dari tim interdisipliner profesional, akan membantu penyusunan program intervensi yang sesuai.

1 komentar:

  1. khusus untuk dampak fungsi sosial anak tunarungu, teori apa yg mendukung hal tersebut pa? terima kasih

    BalasHapus