Jumat, 18 Maret 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses komunikasi seringkali mengalami berbagai hambatan atau gangguan. Hambatan atau gangguan tersebut diakibatkan oleh berbagai faktor, salah satunya nya adalah keterbatasan kemampuan individu dalam menyampaikan pesan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Vardiansyah dalam Febri, A (2013, hlm. 2) “proses komunikasi terjadi manakala manusia berinteraksi dalam aktivitas komunikasi yaitu menyampaikan pesan guna mewujudkan motif komunikasi. Komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut.
Kenyataannya tidak semua individu mampu melakukan proses komunikasi dengan baik. Bagi sebagian individu yang mengalami gangguan perkembangan, biasanya mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Hasil observasi dilapangan, ditemukan bahwa terdapat anak yang mengalami kesulitan untuk berkomunikasi. Hambatan komunikasi yang dialami oleh subjek dibuktikan dari hasil asesmen bahasa yang dilakukan. Subjek belum memenuhi persyaratan instrument asesmen bahasa yang disusun sesuai milestone usianya yaitu usia 13 tahun, kemudian instrument penyusunan bahasa diturunkan hingga milestone anak usia 2 sampai 4 tahun. Hasil yang diperoleh dari asesmen ini, subjek belum bisa berkomunikasi verbal sebagaimana anak dengan usia tersebut, padalah usia subjek sudah 13 tahun. Seharusnya pada usia 13 tahun, subjek sudah ada pada tahapan kompetensi penuh. Akan tetapi, subjek hanya dapat mengeluarkan suara yang tidak jelas.
Berdasarkan kondisi tersebut, menyebabkan orang tua subjek merasa cemas dengan perkembangan kemampuan komunikasi anaknya. Salah satu metode yang diasumsikan dapat membantu meningkatkan kemampuan komunikasi pada subjek adalah Alternative and Augmentative Communication, yaitu teknik-teknik yang menggantikan komunikasi lisan bagi individu yang mengalami hambatan dalam bicara atau tidak mampu berkomunikasi secara lisan.
Berdasarkan masalah yang dialami subjek tersebut, kelompok mencoba membuat media Alternative and Augmentative Communication berupa gantungan kartu gambar dimana media ini berupa kartu gambar yang dibuat berdasarkan tema-tema tertentu, seperti kegiatan sehari-hari, makanan dan minuman. Gambar-gambar tersebut dikelompokan berdasarkan temanya masing-masing kemudian diberi gantungan agar menarik perhatian subjek.
B. Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya pengembangan Alternative and Augmentative Communication ini adalah:
1. Mengetahui kondisi objektif subjek dengan hambatan komunikasi yang dialami.
2. Menemukan potensi-potensi subjek dalam berkomunikasi.
3. Menyusun dan mengembangkan media Alternative and Augmentative Communication yang sesuai dengan kondisi subjek.
4. Mengetahui keefektifan media Alternative and Augmentative Communication yang telah disusun dan diterakan terhadap keterampilan komunikasi dan interaksi subjek.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian AAC
Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (M. Miftah, 2012 hlm. 1). Terjadinya suatu komunikasi melalui dua proses, yaitu keluarnya informasi dari seseorang dan dapat dimengerti oleh orang lain. Komunikasi dapat dilakukan baik secara verbal maupun non verbal. KATC Webinar memberikan contoh komuikasi verbal adalah berbicara, bernyanyi dan kadang-kadang menggunakan nada suara, sementara contoh komunikasi non verbal identik dengan ciri fisik seperti bahasa tubuh, bahasa isyarat, paralanguage, sentuhan, kontak mata, atau menggunakan tulisan tangan.
Proses terjadinya komunikasi tidak terbatas pada satu keterampilan, tetapi juga melibatkan berbagai keterampilan sehingga ketika berbicara tidak hanya dapat mengomunikasikan keinginan pada orang lain tetapi juga mampu dipahami oleh orang lain. Subjek yang mengalami language disorde dan speech disorder tentu akan mengalami kesulitan untuk berkomunikasi. Seseorang yang mengalami hambatan dalam berkomunikasi perlu mendapatkan bantuan, salah satunya menggunakan augmentative and alternatie communication (AAC).
ASHA mendefinisikan Augmentative and alternative communication (AAC) mencakup semua bentuk komunikasi (selain pidato lisan) yang digunakan untuk mengungkapkan pikiran, kebutuhan, keinginan, dan ide-ide. Definisi lain diungkapkan oleh Linda J. Burkhart (dalam ISSAC) AAC is a set of toold and strategies that an individual uses to solve everyday communicative challeges. Menjelaskan AAC adalah media dan metode serta cara yang digunakan oleh individu/orang yang mengalami hambatan dalam berkomunikasi agar dapat berkomunikasi AAC digunakan untuk individu yang memiliki kebutuhan komunikasi yang beragam.
Augmentatif dan alternatif komunikasi (AAC) adalah bidang yang melintasi banyak disiplin ilmu (Sharon L. Glennen& Denise C. DeCoste, 1997). Ini adalah bidang yang berubah dengan cepat yang menggunakan inovasi terbaru dan teknologi untuk membantu subjek berkebutuhan khusus dalam berkomunikasi. Selain dari aspek teknologi, keefektifan penerapan AAC juga bergantung pada layanan yang diberikan. Oleh karena itu AAC berarti meningkatkan komunikasi secara keseluruhan. AAC bukan merupakan solusi terakhir dari ketidakmampuan individu dalam berkomunikasi, akan tetapi AAC merupakan langkah awal pengembangan pemahaman dan ekspresif bahasa individu (Mary Ann Romski, 2005)
Dalam melaksanakan ACC, terdapat prinsip AAC yang telah ditetapkan. Berikut ini adalah prinsip-prinsip AAC yang ditetapkan oleh The Scottish Government (2012):
1. Services supporting people who use AAC provide a range of interventions including those that are universal, targeted and specific.
2. All children, young people and adults with communication difficulties are potential users of AAC.
3. All individuals with communication difficulties have an opportunity to access specialist AAC assessment.
4. National services are available to all potential AAC users if the need has been identified.
5. All individuals with communication difficulties have information on, and access to, a local quality pathway for AAC.
6. Local AAC pathways incorporate assessment, provision and support for AAC.
7. Local pathways are consistent with local waiting times and, where applicable, national guidance on maximum waiting times.
8. Individuals within the local AAC care pathway have a named AAC coordin ator.
9. Individuals who use AAC can expect services to be centred on their needs and to be outcome focused.
10. Individuals who use AAC can expect services to be delivered by appropriate staff from an integrated, multi -agency team.
11. Services supporting people who require to use AAC use a range of national and local quality indicators to evaluate their service.
B. Komponen Sistem AAC
Berikut komponen-komponen dalam sistem AAC.
1. Teknik Komunikasi
a. Tanpa bantuan
Teknik ini tidak memerlukan alat bantu dan prosedur yang baku. Keuntunganya adalah biayanya murah, mudah dilaksnaakan dan efektif. Sedangkan kelemahannya adalah tidak dipahami oleh lingkungan yang belum mengenal, ketergantungan pada pengguan komunikasi dan isyrat sukar dipelajari.
b. Dengan bantuan
Maksudnya, komunikasi dengan menggunakan alat bantu seperti halnya menggunakan papan komunikasi, chart atau alat-alat yang menggunakan elektronik terikat dengan prosedur baku dalam pemilihan system symbol. Kelebihan teknik ini, dapat digunakan oleh beberapa individu yang memiliki hambatan yang sama. Kelemahannya adalah membutuhkan biaya yang banyak untuk menciptakan alat komunikasi dan kemungkinan alatnya bias rusak.
2. Sistem Simbol
Banyak sistem simbol yang dibuat sesuai dengan benda yang sebenarnya, seperti gambar-gambar yang konkrit, hingga sistem simbol yang abstrak. Sistem simbol abstrak meliputi pengganti gambar (pictorial representation), ide yang dibuat dalam bentuk grafik (ideographs), ide dalam bentuk konfigurasi garis arbitari (symbol arbitary) dan simbol visual grafik secara arbitari yang melibatkan bentuk-bentuk geometrik (lexigrams).
3. Kemahiran Komuniasi
Kemahiran komunikasi ditentukan oleh pengguna dalam hal ini individu yang memiliki hambatan komunikasi karena memiliki hambatan pendengaran dan penglihatan. Semakin sering menggunakan komunikasi yang dikuasainya maka semakin mahir dalam berkomunikasi.
C. Pengguna AAC
AAC digunakan bagi mereka yang mengalami hambatan komunikasi secara verbal. Penyebab seseorang mengalami hambatan komunikasi verbal bisa dilihat dalam tabel berikut:
Congenital Causes Acquired Causes Degenerative Causes
Cerebral Palsy Stroke ALS
Autism Head Injury Muscular Distrophy
Intellectual Disability Spinal Cord Injury AIDS
Physical Disabilities Cancer Hungtinton’s Disease
Dari tabel di atas bisa dilihat penyebab seseorang mengalami hambatan komunikasi verbal.
1. Congenital biasanya terjadi pada seseorang yang mengalami kelainan sejak lahir atau bawaan seperti cerebral palsy, autism, intellectual disability, dan physical disabilities.
2. Acquired merupakan penyebab yang disebabkan setelah lahir, seperti terkena penyakit stroke (gangguan fungsi otak akibat aliran darah ke otak mengalami gangguan), head injuiri (cedera kepala), spinal cord injuiri (cedera tulang belakang), dan cancer. Sehingga seseorang yang terkena penyakit tersebut biasanya mengalami kesulitan dalam komunikasi.
3. Degenerative merupakan penyebab yang disebabkan setelah lahir, seperti ALS (Amiotrophic Lateral Sclerosis) yaitu penyakit otak yang menyerang saraf, AIDS, Muscular Distrophy yaitu gangguan genetik yang menyebabkan otot kerusakan fungsi dan kekuatan otot progresif, dan Hungtinton’s Disease yaitu gangguan otak di mana menyerang ke saraf motorik, namun seseorang yang terkena penyakit tersebut secara perlahan mengalami kemunduran dalam aspek tertentu, sehingga jaringan atau organ yang terkena mengalami perubahan lebih buruk dari waktu ke waktu.
D. Faktor Penggunaan Teknologi dalam AAC
1. Guessability
Harus mudah dipahami (diterka) dan mudah dibaca. Hal ini memperhatikan tingkat kemiripan dan keterwakilan antara symbol yang digunakan dengan item/obyek yang diwakili.
2. Learnability
AAC harus mudah dipelajari. Hal ini merujuk kepada tingkat kemudahan/kesukaran untuk mempelajari penggunaan suatu simbol yang dibuat.
3. Generalization
Menggambarkan simbol secara umum, sehingga siapapun yang menggunakannya dapat memhami dengan mudah. Dari subjek kecil sampai orang dewasa secara umum memahami simbol tersebut.
RANGE OF AAC
Description of Interventions Unaided Aided
No Tech Low Tech Light Tech High Tech
Vocalization
Gestures
Signs
Eye Blinks Picture Exchange
Symbol/ Alphabet board
Communication notebook
Headstick Light pointer
Voice output switches
Simple powered display Dedicated and non-dedicated
Electronic Computer-based voice output systems
Sumber : KTAC Webinar
BAB III
ISI
A. Deskripsi Subjek
1. Identitas Subyek
Berikut identitas subyek yang didapatkan sebelum dilakukan asesmen.
Nama : Ardi
Usia : 13 tahun
Subjek ke : 1 dari 1
Sekolah : SLB Purnama Asih Bandung
Alamat : Karang Tineung
Kondisi subyek yang dapat dilihat awal mula melakukan pendekatan sebelum melakukan asesmen pada subyek yakni subyek memiliki kedua tangan yang sedikit kaku, terkadang air liur subyek tiak dapat dikontrol, lebih sering diam dan terfokus memainkan satu benda, tersenyum dan menghentak-hentakkan kaki dengan posisi badan setengah tidur apabila merasa senang, terkadang mengigit jarinya apabila sedang kesal atau marah, dan subyek tidak dapat mengekspresikan emosi atau keinginannya secara verbal dengan baik, hanya terkadang menunjuk pada benda atau arah tertentu dan lebih sering diam dan sangat kurang dalam komunikasi dua arah bahkan terhadap orang terdekat. Oleh karena itu intervensionis memutuskan untuk melaksanakan asesmen perkembangan secara menyeluruh setelah melihat kondisi subyek pada awal pendekatan, mulai dari aspek kognitif, motorik, sosial, emosi, dan terutama pada aspek bahasa.
2. Hasil Asesmen
Potensi dan hambatan yang dimiliki subyek terutama dalam berkomunikasi secara verbal atau komunikasi dua arah harus dideteksi dan dianalisis terlebih dahulu dengan mengasesmen subyek sehingga potensi dan hambatan yang ada dapat membantu intervensionis dalam mempertimbangkan media AAC yang dapat dengan baik dan mudah digunakan oleh subyek sehingga penggunaannya dapat membantu subyek dalam berkomunikasi dengan orang di sekitarnya. Berikut hasil asesmen pada tiap aspek yang telah dilakssubjekan oleh intervensionis.
Instrument Asesmen Perkembangan Bahasa
NO. BUTIR INSTRUMEN
PENILAIAN
YA TIDAK
1 Menyebutkan huruf dengan tepat dan konsonan tertentu b/p/m/w dengan jelas v
2 Menunjukkan gambar yang berawal dengan bunyi “bo” yang sama v
3 Menunjukkan gambar yang bunyi akhir “ap” v
4 Menyebutkan gambar yang berawalan “ma” v
5 Ekspresif: sebutkan gambar yang terdengar lebih pendek v
Reseptif: tunjuk gambar yang terdengar lebih pendek v
6 Ekspresif: sebutkan gambar binatang yang namanya terdengar lebih pendek v
Reseptif : tunjuk gambar binatang yang namanya terdengar lebih pendek v
7 Ekspresif : mengeja dengan tepat kombinasi suku kata v
Reseptif :tunjuk gambar mana yang kombinasi katanya lebih panjang v
8 Ekspresif: subjek menjawab pertanyaan tentang “kue Ardi ada dimana”? v
Reseptif : tunjuk dimana letak kue v
9 Ekspresif : dimsubjekah letak sepatu? v
Reseptif: tunjukkan mana letak tempat sepatu v
10 Ekspresif : subjek bercerita tentang gambar “hal yang disukai,warna,nama,kegiatan apa yang sering dilakukan” v
Reseptif: menunjuk gambar bola basket, bola sepak, dan bola volley v
11 Ekspresif: coba ceritakan gambar yang ditunjukkan v
Reseptif : tunjukkan gambar subjek yang sedang bermain bola basket v
12 Ekspresif: coba, ceritakan kembali v
Reseptif : susunlah gambar berdasarkan cerita tadi v
13 Ekspresif : sebutkan benda yang dapat dimasukkan ke dalam tas v
Reseptif : tunjuk benda yang dapat di masukkan ke dalam tas v
14 Reseptif : subjek dapat melakssubjekan perintah v
15 Ekspresif :menyebutkan minimal 3 benda sesuai perintah v
16 Reseptif : memahami makna cerita v
Ekspresif : menceritakan kembali cerita yang dibacakan oleh asesor v
17 Menyebutkan kata berdasarkan kelompok kata yang di intruksikan v
Instrumen Asesmen Perkembangan Kognitif
NO. BUTIR INSTRUMEN PENILAIAN
YA TIDAK
1 Mendengarkan dengan penuh perhatian cerita pendek yang dibacakan v
2 Berkomentar mengenai cerita yang dibacakan, terutama mengenai rumah dan kejadian yang terjadi dalam keluarga v
3 Menunjukkan dengan tingkat ketepatan yang sedang terhadap gambar yang benar ketika dibacakan kata-kata dengan pengucapan yang mirip: rambut-rumput; cicak-becak; manga-tangga. v
4 Menunjukkan pemahaman mengenai perbandingan dasar ukuran bentuk seperti bola A lebih besar daripada bola B v
5 Menyebutkan segitiga, lingkaran, kotak; dan dapat menunjukkan bentuk yang diminta v
6 Mengelompokkan benda-benda secara logis berdasarkan bentuk, warna, atau ukuran. v
7 Menyebutkan dan menjodohkan paling tidak warna primer (merah, kuning, biru) v
8 Menempatkan delapan pasak ke papan pasak atau enam bulatan dan enam balok kubus dalam papannya v
9 Menunjuk pada gambar yang jumlahnya “lebih banyak” seperti tiga gambar tentang mobil, pesawat, dan kucing dengan jumlah berbeda dan subjek diminta menunjuk gambar yang jumlahnya lebih banyak. v
10 Mengaitkan truk dengan trailer, mengisi muatan pada truk, dan menjalankannya sambil bersuara seperti mesin. v
11 Menyusun kubus dalam barisan memanjang. v
12 Menyusun kubus untuk membuat jembatan v
13 Berusaha menggambar; meniru lingkaran, kotak, dan beberapa huruf meskipun belum sempurna v
14 Menghitung benda dengan suara keras v
Berdasarkan Milestones Arnold Gessel
Instrumen Asesmen Perkembangan Motorik
(Fundamental Motor Skill)
ASPEK KOMPONEN INDIKATOR SKOR
MS MB TM
Fundamental Motor Skill 1. Berjalan dan Berlari 1.1. Berjalan kearah depan v
1.2. Berjalan kearah samping v
1.3. Berjalan kearah belakang v
1.4. Berjalan pada permukaan selebar 30 cm v
1.5. Berjalan dengan menarik mainan beroda v
1.6. Berjalan sambil mendorong kursi di dalam ruangan v
1.7. Jalan berputar v
1.8. Berjalan dengan ujung kaki (jinjit) v
1.9. Berjalan dengan tumit v
1.10. Berjalan maju pada garis lurus v
1.11. Berjalan mundur pada garis lurus v
1.12. Berjalan dengan membawa segelas air tanpa tumpah v
1.13. Berjalan pada garis melingkar tanpa keluar garis v
1.14. Berjalan dengan ujung kaki sejauh 3 meter tanpa menyentuhkan tumit ke lantai. v
1.15. Berlari ke depan v
1.16. Berlari ke belakang v
1.17. Mengejar bola yang menggelinding v
1.18. Berjalan zigzag v
1.19. Berlari zigzag v
1.20. Berjalan dengan menggunakan bakiak di jalan yang datar v
1.21. Berjalan dengan menggunakan bakiak di jalan yang landau v
1.22. Berjalan dengan menggunakan bakiak di jalan menanjak v
2. Melompat 2.1. Melompat ke depan dengan 2 kaki v
2.2. Melompat ke depan dengan 1 kaki v
2.3. Melompat ke belakang dengan 2 kaki v
2.4. Melompat ke belakang dengan 1 kaki v
2.5. Melompat dengan jarak 36-60cm v
2.6. Melompat dengan ketinggian 20cm v
2.7. Melompat ke bawah dengan ketinggian 20 cm v
2.8. Melompat melewati rintangan (melewati 2 buku tulis) v
2.9. Berlari dan melompat sejauh 70 cm v
3. Memanjat 3.1. Menaiki tangga yang memiliki pegangan
3.2. Menuruni tangga yang memiliki pegangan
3.3. Menaiki tangga yang dibantu dengan pijakan kaki
3.4. Menuruni tangga yang dibantu dengan pijakan kaki
3.5. Menaiki tangga dengan kaki bergantian
3.6. Menuruni tangga dengan kaki bergantian
3.7. Menaiki tangga tanpa pegangan
3.8. Menuruni tangga tanpa pegangan
v
v
v
v
v
v
v
v
4. Melempar 4.1. Menggelindingkan bola besar
4.2. Menggelindingkan bola kecil
4.3. Melempar bola besardengan 2 tangan
4.4. Melempar bola kecildengan 2 tangan
4.5. Melempar bola besardengan 1 tangan
4.6. Melempar bola kecildengan 1 tangan
4.7. Memantulkan bola besardengan 2 tangan
4.8. Memantulkan bola besardengan 1 tangan
4.9. Memantulkan bola kecildengan 2 tangan
4.10. Memantulkan bola kecildengan 1 tangan
4.11. Melemparkan bola ke dalam keranjang sejauh 1 meter
4.12. Melemparkan bola ke dalam keranjang sejauh 2 meter v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
5. Menangkap 5.1. Menangkap bola besar yang di gelindingkan
5.2. Menangkap bola kecil yang di gelindingkan
5.3. Menangkap bola besar dengan 2 tangan
5.4. Menangkap bola kecil dengan 2 tangan
5.5. Menangkap bola besar dengan 1 tangan
5.6. Menangkap bola kecil dengan 1 tangan
5.7. Menangkap bola besar yang dipantulkan dengan 2 tangan
5.8. Menangkap bola besar yang dipantulkan dengan 1 tangan
5.9. Menangkap bola kecil yang dipantulkan dengan 2 tangan
5.10. Menangkap bola kecil yang dipantulkan dengan 1 tangan v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
6. Menendang 6.1. Menendang bola besar dengan kaki bagian dalam
6.2. Menendang bola kecil dengan kaki bagian dalam
6.3. menendang bola besar dengan kaki bagian luar
6.4. Menendang bola kecil dengan kaki bagian luar
6.5. Menendang bola besar dengan punggung kaki bagian luar
6.6. Menendang bola kecil dengan punggung kaki bagian luar
6.7. Menendang bola besar dengan tumit kaki ke arah belakang
6.8. Menendang bola kecil dengan tumit kaki ke arah belakang
6.9. Menendang kearah gawang sejauh 3 meter
v
v
v
v
v
v
v
v
v
Instrumen Asesmen Perkembangan Emosi Usia
NO. BUTIR INSTRUMEN PENILAIAN
YA TIDAK
1 Mengamuk pada situasi tertentu v
2 Menunjukkan sikap marah bila keinginannya tidak dipenuhi v
3 Menunjukan sikap marah apabila aktivitasnya diganggu v
4 Tersenyum bila mendapat barang/benda yang disukainya v
5 Ikut senang ketika teman senang v
6 Menunjukkan rasa senang pada orang atau benda tertentu v
7 Menunjukkan sikap takut pada suatu objek, orang atau pada bunyi tertentu v
8 Menunjukan sikap takut pada suatu rangsangan atau sentuhan tertentu v
9 Menunjukkan sikap sedih bila kehilangan orang atau benda yang disayangi v
10 Menunjukkan rasa sayang terhadap anggota keluarganya
11 Perubahan ekspresi saat diberi mainan v
12 Perubahan ekspresi saat mainannya diambil v
Instrumen Asesmen Perkembangan Sosial
NO BUTIR INSTRUMEN PENILAIAN
YA TIDAK
1 Memberikan respon terhadap ekspresi teman yang bersedih, marah, senang v
2 Mengungkapkan perasaan kepada orang lain ketika marah, sedih, senang v
3 Tampak mengerti saatnya bertukar giliran dalam bercakap-cakap tetapi tidak selalu mau melakukannya v
4 Memiliki kelompok bermain v
5 Menyesuaikan diri dalam kelompok v
6 Bermain bersama temannya v
7 Merelakan mainannya dipinjam oleh temannya v
8 Penuh kasih sayang dan perhatian kepada teman yang lebih lemah. v
9 Bekerja sama dengan orang lain v
10 Mempunyai teman atau sahabat v
11 Menyukai persahabatan v
12 Mengamati subjek lain bermain, bisa ikut bermain sebentar, sering bermain berdampingan dengan yang lain v
13 Sering menceritakan lelucon, menghibur dan membuat orang tertawa v
14 Memanggil nama dan celaan untuk menyingkar subjek lain v
Berdasarkan asesmen yang telah dilakukan oleh intervensionis, maka didapatkan hasil asesmen dengan menyusun potensi dan hambatan yang ada pada subyek. Potensi dan hambatan tersebut sebagai berikut.
Potensi :
1. Bahasa
a. Ekspresif
• Mampu mengungkapkan keinginan dengan gesture
• Perbendaharaan bahasa verbal subjek saat ini : mampumenyebutkan
“aya”=ayah
“pa” = bapak
“ma” = mama
“in”= iin/bunda
• Membuat bunyi yang dapat mewakili benda
b. Reseptif
• Memahami kata Tanya apa, dimana dan siapa
• Mampu melakukan perintah
• Mampu menunjukkan beberapa benda yang disebutkan observer. Contoh: mana bola?
• Mampu menunjukan letak benda. Contoh: kue Ardi ada dimana?
2. Kognitif
• Mampu membedakan ukuran benda “besar&kecil”
• Mengetahui warna dan bentuk benda
• Memahami perintah sederhana
3. Motorik
Subyek mampu secara mandiri untuk:
• Berjalan ke arah depan, samping, dan belakang
• Berlari ke depan dan ke belakang
• Melompat ke depan dengan satu kaki
• Melompat dengan ketinggian 20cm
• Mengelindingkan bola besar dan bola kecil
• Melempar bola besar dan bola kecil dengan dua tangan
• Melempar bola kecil dengan satu tangan
• Memantulkan bola besar dan bola kecil dengan satu tangan maupun dua tangan
• Menangkap bola besar yang digelindingkan
• Menendang bola besar maupun kecil dengan kaki bagian luar
• Menunjukdan mengambil benda
4. Emosi
• Menunjukan sikap marah bila keinginannya tidak dipenuhi
• Menunjukan sikap marah apabila aktivitasnya diganggu
• Tersenyum bila mendapat barang/benda yang disukainya
• Menunjukan sikap takut pada suatu objek, orang, atau bunyi-bunyian
• Perubahan ekspresi saat diberi mainan
• Perubahan ekspresi saat mainannya diambil
5. Sosial
• Mengamati subjek lain bermain, bisa ikut bermain sebentar
• Mampu berinteraksi dengan orang baru
• Dapat mengikuti dialog dan memahami giliran tetapi tidak dapat melakukan
Hambatan :
1. Subjek belum mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara mandiri,
2. Kemampuan bahasa verbal yang sangat terbatas.
3. Subjek yang cenderung diam bila tidak diberi stimulus terlebih dahulu.
3. Pertimbangan Pemilihan Media AAC
Berdasarkan potensi dan hambatan yang telah disusun berdasarkan hasil asesmen subyek, kemudian digabungkan dengan hasil wawancara kepada guru dan keluarga atau orang terdekat, dalam hal ini nenek, didapatkan minat subyek dalam beberapa hal yang akan membantu dalam pertimbangan pembuatan media AAC. Berikut beberapa minat subyek berdasarkan hasil wawancara dan observasi berulang di rumah.
Minat
• Nonton TV
• Acara bola
• Musik
• Olahraga
Setelah dari berbagai hasil observasi, asesmen, dan wawancara didapatkan, maka intervensionis mendapatkan hasil pertimbangan dalam pembuatan media AAC yang dapat membantu subyek dalam berkomunikasi lebih baik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya adalah sebagai berikut.
1) Kemampuan kognitif subjek dalam mempersepsi benda nyata dengan gambar
2) Kemampuan motorik subjek dalam mobilisasi
3) Kemampuan subjek menginterpretasi gambar bertema
4) Kondisi ekonomi keluarga
Berdasarkan pertimbangan group intervensionis tersebut, berikut rencana media AAC yang akan diberikan dan dicobakan pada subyek.
Media tersebut terdiri dari gambar-gambar yang menunjukkan berbagai kegiatan dan minat subyek sehari-hari. Gambar-gambar tersebut kemudian diberi lubang untuk diberikan gantungan. Lebih seperti gantungan kunci, agar lebih fleksibel subyek juga dapat membawa media tersebut kemanapun ia pergi sehingga ia dapat menunjukkan keinginannya ketika berada di tempat lain.
Rencana setting pelaksanaan AAC adalah di rumah, dengan asumsi bahwa subyek lebih sering berada di lingkungan rumah, yang meliputi:
Makandanminum
Toilet Training
Chanel Televisi
B. Pelaksanaan AAC
1. Prosedur AAC
Prosedur pelaksanaan AAC yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Berikut ini penjelasan lebih lanjut mengenai prosedur AAC yang telah dilakukan.
a. Asesmen perkembangan subjek.
Asesmen perkembangan yang dilakukan meliputi perkembangan bahasa, motorik, sosial, emosi, dan kognitif. Aspek perkembangan bahasa dikembangakn berdasarkan milestone yang dikemukakan Vygotsky. Aspek perkembangan social, emosi, dan kognitif dikembangkan berdasarkan milestone yang dikemukakan Laura E. Berk. Instrumen aspek perkembangan motorik dikembangkan berdasarkan milestone yang diungkapkan oleh Arnold Gessel dan Seefelt.
Aspek perkembangan kognitif meliputi komponen perhatian, memori, akademik dan pengetahuan sehari-hari, pemecahan masalah, imajinasi, kreatifitas, dan kemampuan berkomunikasi. Aspek perkembangan bahasa meliputi kemampuan dalam bertanya, kemampuan dalam bercerita, kemampuan menyelesaikan tugas atau masalah, kemampuan mengikuti perintah, penguasaan kosa kata, dan kemampuan berbicara. Aspek perkembangan motorik meliputi kemampuan berjalan dan berlari, melompat, memanjat, melempar, menangkap serta menendang. Aspek perkembangan emosi meliputi kemampuan dalam mengomunikasikan emosinya, pemahaman terhadap diri sendiri, kemampuan dalam mengelola atau mengekspresikan perasaannya. Aspek perkembangan social meliputi knowlage about other people, intimate relationship, friendship, and interpersonal skill. Analisis kecakapan dasar interaksi dan komunikasi subjek.
b. Mengelompokkan kecakapan interaksi dan komunikasi subjek ke dalam tema.
Identifikasi kecakapan interaksi dan komunikasi subjek dilakukan melalui asesmen. Asesmen dilakukan dengan tiga cara, yaitu mengamati subjek selama berada di sekolah, memberi stimulus pada subjek untuk berkomunikasi dengan menggunakan media gambar, serta melakukan wawancara pada guru dan orangtua.
Kecakapan subjek yang diperoleh sementara dan dapat dikelompokkan ke dalam tema terdiri dari tiga tema, yaitu makanan, minuman, dan aneka pilihan chanel stasiun televisi. Tema makanan terdiri dari roma gandum, roma malkis abon, roma kelapa, nasi putih, telur mata sapi, ayam, tahu, tempe, sayur, kerupuk, buah. Tema minuman terdiri dari air putih, susu kedelai, teh panas, jus alpukat, jus mangga, the kotak, susu energen, susu dancow coklat. Tema channel TV terdiri dari logo RCTI, SCTV, TRANS TV, TRANS 7, NET, ANTV, TV ONE, TVRI, GLOBAL TV, MNC TV, KOMPAS TV, dan METRO TV.
c. Membuat media berupa “kode” AAC kecakapan dan komunikasi subjek berdasarkan tema.
Media yang dipilih berupa gantungan kunci bertema. Gantungan kunci yang digunakan merupakan bentuk-bentuk kesukaan subjek seperti bola, mobil, dan alat-alat olahraga. Setiap gantungan kunci memiliki tema, tetapi tema tersebut tidak berkaitan dengan jenis gantungan yang digunakan. Gantungan hanya untuk menarik perhatian subjek agar subjek mau menggunakan media tersebut utamanya untuk berkomunikasi. Tema utama yang dipilih adalah tema makanan, minuman, dan aneka pilihan chanel TV.
d. Mengulang kembali kebenaran “kode” AAC yang ditetapkan di dalam media.
Pengulangan kembali kebenaran “kode” AAC yang telah ditetapkan di dalam media komunikasi AAC dilakukan di rumah. Pengulangan dilakukan dengan bantuan nenek subjek. Pengulangan dimaksudkan untuk memastikan apakah “kode” tersebut dipahami subjek atau tidak. Dalam pengulangan kembali kebenaran “kode” AAC ini terdapat beberapa “kode” yang diubah, dikurangi, dan ditambah.
Perubahan, pengurangan, dan penambahan “kode” tersebut merupakan hasil diskusi ulang dengan nenek subjek dan ujicoba “kode” yang ditetapkan kepada subjek. Setelah adanya perubahan, pengurangan, dan penambahan “kode” tersebut, maka media AAC segera disusun.
e. Mengenalkan media berisi “kode” AAC bertema kepada subjek dan orangtua.
Pengenalan media AAC dilakukan di rumah subjek. Media dikenalkan kepada nenek subjek dan Ibu subjek. Pemilihan Ibu dan Nenek sebagai orang utama yang mengenal media AAC yang dibuat karena nenek dan ibu lah yang selama ini dekat dengan subjek dan lebih banyak berinteraksi dengan subjek.
Melalui pengenalan media ini, orangtua dan nenek juga dijelaskan tahapan-tahapan dalam menerapkan media kepada subjek. Langkah awal penerapan media terdiri dari empat tahapan. Masing-masing tahapan memiliki target, langkah-langkah, dan prediksi hambatan sendiri-sendiri.
f. Menerapkan media AAC berdasarkan tema ke dalam kehidupan sehari-hari.
Penerapan media AAC dibagi kedalam empat tahapan. Tahapan pelaksanaan penerapan media AAC disusun berdasarkan analisis potensi dan kelemahan subjek serta disesuaikan dengan kemampuan nenek subjek.
Kemampuan nenek subjek menjadi pertimbangan karena nenek subjek yang lebih banyak berinteraksi dengan subjek dan nenek subjek pulalah yang akan berperan utama dalam pelaksanaan penerapan media AAC. Tahapan penerapan media AAC akan dijelaskan pada point tahapan pelaksanaan AAC.
g. Menganalisa keefektifan media yang telah diterapkan terhadap komunikasi dan interaksi subjek.
Analisa keefektifan media yang telah diterapkan terhadap komunikasi dan interaksi subjek dilakukan melalui diskusi dengan nenek subjek. Diskusi ini meliputi bagaimana kemudahan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan subjek.
2. Tahapan Pelaksanaan Penerapan Media AAC
Penerpan media AAC terdiri dari 4 tahap, dimana masing-masing tahap memiliki target, langkah-langkah, dan prediksi hambatan yang kemungkinan akan dialami dalam menerapkan media di setiap tahapan. Adapun tahapan pelaksanaan penerapan media AAC adalah sebagai berikut:
3. Hasil Penerapan Media AAC
Terdapat perubahan prosedur dari yang telah direncanakan dengan fakta ketika pelaksanaan penerapan media AAC. Rencana awal dimana dalam satu pertemuan hanya ditargetkan satu tahapan, menjadi satu pertemuan empat tahapan sekaligus. Empat tahapan ini diterapkan untuk satu tema media. Sebagai contoh, pertemuan pertama menerapkan tema makanan dan minuman, pertemuan kedua menerapkan tema channel TV, dan seterusnya.
Pada pertemuan pertama, prediksi hambatan yang akan dialami yakni media AAC yang dijadikan mainan ternyata tidak terjadi. Dalam pelaksanaannya, subjek sangat kooperatif.Subjek nampak sangat tertarik dengan media AAC yang diberikan. Subjek langsung mengidentifikasi berbagai makanan dan minuman yang tertera dalam media sambil berupaya menceritakan kejadian-kejadian yang berhubungan dengan gambar.
Hambatan lain seperti ketidaksabaran subjek meminta makanan dengan menggunakan media, sikap subjek yang tidak peduli dengan media yang berada di sekitarnya, serta sikap nenek yang tidak sabar menunggu atau tidak kooperatif, ternyata tidak terjadi. Subjek cukup antusias dan sabar menggunakan media yang disediakan, ditambah pula dengan sikap nenek yang kooperatif dan tlaten membimbing subjek. Berikut akan dijelaskan lebih rinci hasil penerapan media AAC yang telah dilakukan kelompok.
Pertemuan pertama penerapan media AAC dilakukan tanggal 21 Oktober 2014 dari pukul 10.30-13.00 WIB di rumah.Pertemuan pertama diawali dengan mengenalkan media yang telah dirancang kepada subjek. Reaksi subjek setelah diberi media tersebut ternyata di luar dugaan. Subjek sangat antusias dan tertarik dengan media yang diberikan.Subjek menunjukkan gambar teh kotak kemudian menunjuk-nunjuk Dewi. Maksudnya, subjek menceritakan bahwa subjek masih ingat kalau kemarin pernah dikasih teh kotak oleh Dewi.
Setelah itu subjek kembali membuka-buka media AAC yang diberikan. Ketika melihat gambar jus mangga, subjek kembali menunjuk-nunjuk gambar jus tersebut berulang-ulang.Dengan bantuan nenek, maksud subjek tersebut dapat diterjemahkan bahwa subjek ingin menceritakan kalau tadi malam minum jus mangga.
Subjek kembali membuka lembar media AAC dan menemukan gambar susu kedelai. Subjek meminta susu kedelai dengan menunjuk gambar pada media AAC. Setelah diberikan, subjek menunjuk-nunjuk kalau yang diberikan sama dengan yang digambar. Dengan kata lain, dapat diartikan bahwa subjek memahami konsep media AAC.
Selesai menunjukkan bahwa minuman yang diminta sama dengan minuman yang ada di gambar, subjek beralih mengambil media makanan. Ketika subjek melihat gambar tahu, subjek ingat kalau tadi nenek masak tahu dan langsung minta makan dengan lauk tahu dengan cara menunjuk-nunjuk gambar tahu sambil menarik tangan nenek menuju ke dapur. Subjek konsekuen dengan apa yang dimintanya. Subjek makan dengan lauk tahu yang tadi dipilihnya.
Sambil makan, subjek masih terlihat antusias membuka-buka media AAC.Melihat gambar lauk ayam, subjek menunjuk-nunjuk gambar tersebut berulang-ulang.Mulanya, observer dan nenek mengira kalau subjek minta makan lauk ayam, tetapi ketika ditanya apakah mau makan lauk ayam, subjek menggelengkan dan memberikan isyarat ingat. Ternyata, maksud subjek menunjuk-nunjuk gambar lauk ayam secara berulang-ulang bukan meminta lauk ayam, tetapi ingin menceritakan bahwa subjek pernah makan dengan lauk ayam.
Selama menyelesaikan makan, subjek masih terus membuka-buka media AAC. Saat melihat gambar susu dancow, subjek menunjuk-nunjuk gambar berulang-ulang sambil mengisyaratkan bahwa dia ingat. Oleh nenek, observer dibantu menterjemahkan maksud subjek, yaitu subjek ingat kalau sore hari selalu minum susu dancow.
Perubahan sikap subjek terjadi ketika subjek melihat gambar energen. Subjek langsung minta dibuatin energen dengan menunjuk gambar energen sambil menarik nenek ke dapur. Nenek dengan sabar memenuhi keinginan subjek sambil berusaha membimbing subjek membuat susu energen sendiri. Sampai langkah ini, sudah mencapai tahap keempat yaitu dengan target subjek mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan bantuan media selama di rumah.
Pada pertemuan pertama ini, observer berkesempatan bertemu dengan Ibu dari subjek. Selama pertemuan, Ibu banyak menceritakan tentang kodisi subjek. Hal pertama yang diceritakan adalah perbedaan pola asuh yang diberikan Ibu dan neneknya. Ibu bersikap tegas terhadap subjek dan selalu membimbing subjek untuk mandiri, berbeda dengan sikap nenek yang selalu menuruti kemauan subjek dan melayani kemauan subjek buakn membimbingnya untuk mandiri dengan alasan tidak ingin repot.
Ibu juga mengungkapkan beberapa potensi kognitif yang dimiliki subjek yang diungkap Ibu dengan mengikuti dan mencoba sendiri hal-hal yang sering dilakukan subjek secara berulang.Potensi kognitif yang berhasil diungkap Ibu yaitu kemampuan subjek dalam menggunakan cermin sebagai media untuk melihat dua objek sekaligus serta kemampuan subjek menggunakan VCD bekas untuk bermain pelangi cahaya. Ibu masih terus berusaha menggali potensi yang dimiliki subjek dengan memanfaatkan waktu bersama seefektif mungkin.
Pada kesempatan ini, Ibu juga mengajarkan subjek untuk menunjuk dulu benda yang diinginkan saat memintanya.Hal ini dimaksudkan agar subjek memperjelas maksud dan keinginannya bukan merengek meminta sesuatu dan oranglain harus menebak keinginan subjek.
Selesai memberikan pembelajaran pada subjek, observer melakukan diskusi dengan Ibu dan nenek.Observer menjelaskan kegunaan media AAC yang diberikan, bagaimana menerapkan media tersebut, serta bagaimana menambah tema pada media tersebut.Bersama dengan Ibu dan nenek, akhirnya disepakati untuk menambah tema baru, yaitu tema channel TV. Tema ini dipilih berdasarkan potensi yang dimiliki subjek yaitu mengenal logo-logo channel TV. Potensi ini didapat berdasarkan observasi yang dilakukan observer dan hasil diskusi dengan Ibu dan nenek.
Media AAC dengan tema channel TV diterapkan pada pertemuan kedua yang dilakukan pada tanggal 25 Oktober 2014. Penerapan media diawali dengan mengenalkan channel-channel yang tertera dalam media.Ketika melihat logo Metro TV, subjek menarik tangan nenek sebagai isyarat minta tolong untuk mengganti channel TV yang sedang ditonton ke channel Metro TV.
Sekian lama menonton channel Metro TV, subjek terihat mulai bosan dan ingin menonton channel lain. Subjek mecari media AAC dan menunjuk-nunjuk logo Trans 7. Ketika salah pindah channel ke trans TV, subjek terlihat marah dan menunjuk-nunjuk logo Trans 7 menandakan bahwa channel yang dipindah salah, tidak sesuai keinginannya.Pada pertemuan ini juga diulang kembali penggunaan media dengan tema makanan dan minuman.Kemampuan subjek dalam menggunakan media terlihat makin baik.
Pertemuan terakhir dilakukan pada tanggal 30 Oktober 2014. Pada pertemuan ini dilakukan wawancara dengan nenek mengenai keefektivan media terhadap komunikasi dan interaksi subjek selama di rumah. Hasil wawancara dengan nenek menunjukkan bahwa setelah adanya media komunikasi tersebut, subjek selalu menunjuk gambar pada media tersebut jika menginginkan makan, minum, ataupun mengganti channel TV. Keefektivan media juga dibuktikan oleh nenek dengan memberikan stimulus agar subjek menggunakan media tersebut sebagai media komunikasi.
Nenek menceritakan bahwa penggunaan media juga sudah dikomunikasikan dengan kedua Om subjek yang tinggal serumah dengan subjek.Kedua Om juga melatih subjek untuk berusaha mengkomunikasikan keinginannya sejelas mungkin, salah satunya menggunakan media AAC yang telah diterapkan.
Pada pertemuan ini juga dijelaskan pada nenek bahwa ini merupakan salah satu media komunikasi subjek yang masih bisa terus ditambah temanya.Nenek juga terlihat antusis dengan bagaimana penerapan media tersebut di sekolah. Kemudian, observer menjelaskan bahwa media juga akan diberikan ke pihak sekolah sebagai mendia komunikasi subjek agar metode yang diberikan antara yang di rumah dan di sekolah sejalan.
BAB IV
KESIMPULAN
Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Agar pesan komunikasi dapat tersampaikan dengan baik, maka dalam melakukan proses komunikasi dibutuhkan keterampilan. Proses terjadinya komunikasi tidak terbatas pada satu keterampilan saja, tetapi juga melibatkan berbagai keterampilan sehingga ketika berbicara tidak hanya dapat mengkomunikasikan keinginan pada orang lain tetapi juga mampu dipahami oleh orang lain.
Terkadang Sebuah proses komunikasi terjadi hambatan atau gangguan. Hambatan atau gangguan tersebut diakibatkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah keterbatasan kemampuan individu dalam menyampaikan pesan. Dari hasil observasi lapangan terdapat seorang subjek yang mengalami kesulitan untuk berkomunikasi. Hambatan komunikasi yang dialami oleh subjek dibuktikan dari hasil asesmen bahasa 2 sampai 4 tahun. Hasil yang diperoleh dari asesmen ini subjek belum bisa berkomunikasi verbal sebagaimana subjek dengan usia tersebut, padalah usia subjek sekitar 15 tahun. Seharusnya pada usia 15 tahun, subjek sudah ada pada tahapan kompetensi penuh. Akan tetapi, subjek hanya dapat mengeluarkan suara yang tidak jelas.
Salah satu metode yang diasumsikan dapat membantu meningkatkan kemampuan komunikasi pada subjek adalah Alternative and Augmentative Communication (AAC), yaitu teknik-teknik yang menggantikan komunikasi lisan bagi individu yang mengalami hambatan dalam bicara atau tidak mampu berkomunikasi secara lisan. Berdasarkan permasalahan yang dialami subjek tersebut dibuatlah media Alternative and Augmentative Communication yaitu gantungan kartu gambar. Media ini berupa kartu gambar yang dibuat pertema, seperti kegiatan sehari-hari, makanan dan minuman. Gambar-gambar tersebut dikelompokan pertema dan diberi gantungan agar menarik perhatian subjek.
Prosedur pelaksanaan penerapan media ACC yaitu: dimulai dengan asesmen perkembangan subjek pada aspek bahasa, motorik, kognitif dan social. Dari hasil asesmen tersebut ditentukan kecakapan kemampuan berbahasa subjek berdasarkan tema. Kecakapan komunikasi yang telah dimiliki subjek tersebut selanjutnya menjadi landsan dalam pembuatan kode AAC. Dari kode kecakapan subjek yang diperoleh dibuat media AAC berupa gantungan kunci gambar bertema. Berdasarkan hasil asesmen dan diskusi dengan keluarga maka tema utama gambar untuk media yang dipilih adalah makanan, minuman dan channel TV.
Selanjutnya dilakukan penyesuaian kode AAC yang telah dibuat. pada tahap ini dilakukan Perubahan, pengurangan, dan penambahan “kode” ACC berdasarkan hasil diskusi ulang dengan nenek subjek dan ujicoba “kode” yang ditetapkan kepada subjek. Kemudian mengenalkan media AAC kepada nenek dan Ibu subjek sebagai partner utama subjek berkomunikasi. Tahap terakhir pelaksanaan penerapan media dalam menganalisa keefektifan media yang telah diterapkan terhadap komunikasi dan interaksi subjek. Analisis keefektifan media dilakukan melalui diskusi dengan nenek subjek untuk mengetahui bagaimana kemudahan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan subjek dengan menggunakan media.
Penerapan media AAC dibagi menjadi 4 tahap, dimana masing-masing tahap memiliki target, langkah-langkah, dan prediksi hambatan yang kemungkinan akan dialami. Pada uji coba penerapan media, terdapat perubahan prosedur yang telah dirancang sebelumnya. Pada rencana awal ditetapkan dalam satu pertemuan hanya ditargetkan satu tahapan,ternyata pada saat uji coba subjek dapat melakukan empat tahapan sekaligus dalam satu kali pertemuan. Dimana empat tahapan ini diterapkan untuk satu tema media. Sikap kooperatif subjek dan nenek dalam penerapan media sangat menentukan keberhasilan uji coba yang dilaksanakan.
Pada pertemuan terakhir dilakukan wawancara dengan nenek. Hasil wawancara menunjukkan bahwa setelah adanya media komunikasi tersebut, subjek selalu menunjuk gambar pada media tersebut jika menginginkan makan, minum, ataupun mengganti channel TV. Keefektifan media juga dibuktikan oleh nenek dengan memberikan stimulus agar subjek menggunakan media tersebut sebagai media komunikasi ketika observer berada di sana.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, observer menyimpulkan bahwa media AAC “gantungan kunci gambar bertema” dapat meningkatkan kemampuan komunikasi subjek AR. Subjek dapat dengan mudah menggunakan media serta dapat melakukan komunikasi interaktif dengan nenek di rumah. Keberhasilan penerapa media AAC yang diterapkan diasumsikan dapat efektif dikembangkan ke dalam tema-tema yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Abadi, R. F. (2011). Pengembangan Media AAC dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi. (Tesis). Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.
Communication Matters. Shining a light on Augmentative and Alternative Communication. www.communicationmatters.org.uk
Glennen L. S., and DeCoste D.C. 1997. Augmentatif and Alternative Communication. London: San Diego.
Indriati, E. (2011). Kesulitan Bicara dan Berbahasa padda Subjek: Terapi dan Strategi Orang Tua. Jakarta: Renada Media Group.
KATC Webinar. Augmentative and Alternative Communication 101 The Basic.
M. Miftah. 2012. Komunikasi Efektif dalam Pembelajaran. (Online) http://web.unair.ac.id/admin/file/f_35969_komunikasi-2012.pdf
The Scottish Government. 2012. A right to speak Supporting Individuals who use Augmentative and Alternative Communication. Scottish: The Scottish Government.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar